Langsung ke konten utama

Postingan

Hilangnya Tanda Tanya

" Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al Hasyr:18) Mahasiswa yang hidup dalam kesehariannya berpacu dalam hitungan detik mengejar langkah demi langkah yang ditetapkan kampusnya hingga sampai di gerbang wisuda. Semuanya akan wisuda, walau berbeda waktu dan tanggalnya. Seorang guru juga akan bersikap sama. Pagi datang mengajar, jika tiba waktu pulang tiba, ia akan kembali ke rumahnya dengan pelbagai pekerjaan yang sudah menanti. Pada masanya, seorang akan bertemu pada titik akhirnya dan masuk pada masa yang lain dengan keadaan dan tugas yang lain. Seorang pemuda jika sampai pada akhir titiknya, akan bertempat di atas pelaminan dan kemudian masuk pada keadaan yang baru, tugas dan kewajiban yang baru, yang tentunya tidak sama dengan sebelum ia duduk di atas pe
Postingan terbaru

Menebak Peran Kita

Ada seorang laki-laki mengatakan; 'Wahai Rasulullah, apakah penghuni surga dan penghuni neraka telah diketahui? ' 'Iya' jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Orang tadi bertanya lagi; 'lantas apa gunanya orang beramal? ' Nabi menjawab; "setiap orang mengamalkan sesuai dengan kehendak penciptannya, -atau- kepada yang dimudahkan baginya." (H.R Bukhari) Hakikat penciptaan yang sering terlupakan, membawa kita pada langkah-langkah salah dan keluar dari garis perintah. Semuanya memberi dampak, kecil dan besarnya pada diri, masyarakat atau sebuah bangsa. Sebuah masyarakat tanpa tantanan yang baik, akan merusak pada setiap kegiatan manusia yang hidup di dalamnya. Manusia sendiri pun tak kalah pentingnya sebagai unsur utama dalam membentuk satu kumpulan yang baik. Membentuk manusia bukanlah semudah membangun bertingkat-tingkat bangunan pencakar langit. Ia adalah susunan hebat dari daging, akal dan hati yang beragam bentuk dan karakternya. Meny

Menyempurnakan yang Belum Sempurna (Bagian II)

Suatu saat Buya Hamka ditanya, apakah sebabnya umat Islam sekarang tidak seperti umat Islam zaman dahulu dan umat Islam jau tertinggal dari umat lain? Buya menjawab, “Sebab soal maju dan mundurnya umat Islam itu bukanlah suatu hal yang terjadi secara tiba-tiba, tapi satu proses sejarah yang berlangsung melalui priode demi priode atau melalui beberapa kurun waktu”           Melanjutkan tulisan sebelumnya, menyempurnakan yang belum sempurna dari apa yang hendak kami sampaikan. Hebatnya peran media sosial memainkan ‘ajakan’ ini membuat banyak generasi mengambil hiburan dengannya dan bahkan menghabiskan waktu di dalamnya. Akibatnya banyak hal yang terabaikan dan terlantarkan. Tugas-tugas masa muda pun terlupakan sebab ‘dimabuk’ hal hal itu.           Sekolah yang dijalanin pun hanya sekedarnya, tak mengambil hal-hal di luarnya untuk membekali diri yang akan melangkah ke depan. Kampus-kampus pun seharusnya memberikan peran yang penting untuk bisa mengalihkan fokus mahasiswany

Menyempurnakan yang Belum Sempurna (Bagian 1)

      Hingga saat kami mulai menggerakkan jemari ini di atas keyboard notebook yang sudah sangat menua, satu pikiran kami melayang pada satu masa yang teramat indah. Suatu malam di bawah gemerlapnya bulan yang sudah menampakkan wujudnya. ‘owh, sudah masuk bulan baru hijriah’ tutur ibu kepada kami. Saat itu adalah dimana kami bersama kakak dan adik duduk di teras berbincang ria setelah shalat isa’. Kebiasaan yang sering kami lakukan sejam atau setengah jam untuk sedikit berbagi kisah atau mendengar nasehat ibu. Saat-saat seperti ini selalu menjadi yang kami nanti saat liburan kuliah. Jarak jauh memisahkan kami untuk mendapatkan momen bahagia itu.           Cerita tadi bukanlah maksud dari kami menulis tulisan ini. Adalah satu fenomena yang kami merasa sangat ‘getol’ membuyarkan masa muda hari ini dari setiap lamunannya. Satu keadaan yang menyentakkan generasi muda, namun disaat yang sama mengembalikan mereka pada lamunan panjang, yang terkadang berakhir dengan sesegukan tangisan.

Panglima Allah itu Sa'ad

Tepat pilihan Amirul Mu'minin Umar ibn Khattab saat menunjuk sahabat mulia, singa medan perang Sa'ad ibn Abi Waqqash sebagai panglima membawa pasukan hebat dari Kota Madinah menuju Madain untuk penaklukan sekaligus jihad di jalan Allah. Musuh sudah bersiap di seberang sungai dengan jumlah yang berlipat banyaknya. Saat itu panglima menyerukan pada pasukan berkuda untuk maju menyebrangi sungai. Dengan Ashim ibn Amru menjadi kepala pasukan, berangkatlah pasukan kuda menyeberangi sungai tanpa kendala dan bertempur di pinggir sungai dengan gagah berani dan berakhir dengan kemenangan umat Muslim. Di seberang sungai, Sa'ad masih bersama dengan pasukan biasa. Beberapa saat kemudian, sang panglima memerintahkan untuk menyeberangi sungai. Di tengah air yang semakin bertambah dan arus yang hebat, mereka melangkah menembus semua itu. Sa'ad memerintahkan saat menyeberangi sungai itu mengucapkan "Nasta'inu billah waa natawakkalu 'alaihi. Hasbunallah waa ni'm

Beginilah lahirnya generasi Shalahuddin Al Ayubi

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (Q.S. Al-An’am:90) “ Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Q.S. Yusuf ) Sejarah tidak datang dengan hal yang baru. Ia hanya akan terus berulang dengan pemain peran, tempat dan waktu yang berbeda. Ia memberi kesempatan siapapun yang berjalan dengan 24 jam waktu yang disediakan Allah. Sejarah begitu mahal dan agung. Ia bukan hanya catatan dari masa lampau, bukanlah ingatan kenangan-kenangan belaka. Sejarah adalah pelajaran, ibrah untuk mereka yang mau berfikir. Ia adalah lembaran hidup yang penuh kisah untuk diambil jadi panduan berjalan. Ibnu Khaldun menyebutnya tentara-tentara Allah.           Al-Qur’an mengisyaratkan banyak titik-titik sejarah untuk diilhami oleh akal yang mau berfikir. Dari kisah para nabi, rasul, para raja yang angkuh dan yang bijak. Diceritakan juga manusia biasa dengan keimanan yang hebat

Surat Makkiyah dan Surat Madaniyah

Dalam pembahasan istilah surat Makkiyah dan Madaniyah, ahlul ilmi terbagi menjadi tiga pendapat : Pertama, Surah Makkiyah adalah yang turun sebelum hijrah Rasulullah ke Madinah. Adapun surah Madaniyah adalah yang turun setelahnya, baik yang turun di Mekkah atau di Madinah, saat tahun fathu makkah atau tahun haji wada' atau yang turun dalam perjalanan-perjalanan. Diriwayatkan Usman ibn Sa'ad ar Razi dengan sanadnya ke Yahya ibn Sallam ia berkata "Apa yang turun di Mekkah dan apa yang turun di jalan menuju Madinah namun belum sampai ke Madinah, maka itu adalah Makkiyah. Adapun yang turun dalam perjalanannya Rasulullah setelah tiba di Madinah maka ia Madaniyah." Kedua,  Surah Makkiyah adalah surah yang turun di Mekkah walau setelah hijrah Rasulullah dan Madaniyah adalah yang turun di Madinah. Diriwayatkan At Thabrani dalam " Al Kabir" dari periwayatan Tharib Walid ibn Muslim dari Ufair ibn Ma'dan dari ibnu Amir dari Abu Umamah, ia berkata,